Sabtu, 17 Maret 2012

7 Tips Jitu Persiapan UN, UMPTN, bahkan SNMPTN 2011

  • Persiapkan Mental. Maksudnya kita harus yakin dan optimis 100% bahwa kita bisa, kita mampu.  Karena setelah saya mencari kesana kemari, jika kita sudah mengatakan “tidak bisa”, “susah” atau sejenisnya maka secara tidak sadar kita telah berkomunikasi dengan otak kita. Kita telah memerintahkan otak untuk tidak mengerti atau menuruti kehendak negatif kita.

  • Ikhtiar dan Maju. Maksudnya kita harus berusaha dan terus berusaha, tidak terhenti di titik keritis seperti hadirnya sang “malas”. Kita tidak boleh menunda untuk belajar atau menunda untuk mengerti karena menunda sama artinya dengan “gagal”, dan ikhtiar di sini maksudnya adalah kita mencari sebisa mungkin berita-berita seputar tes tersebut. Lalu setelah mendapatkan informasi kita tidak boleh menunda untuk memulai belajar (start actions).

  • Olahraga dan Makan. “huh, apa maksudnya?” mungkin yang satu sering saya jumpai bagi diri saya maupun teman-teman saya. Tanpa adanya kesehatan atau tubuh yang fit bagaimanapun juga kita pasti tidak akan bisa belajar dengan penuh konsentrasi dan efesiensi tinggi. Karena dengan olahraga dan makan yang teratur kita bisa hidup sehat dan belajar dengan maksimum.

  • Tinggalkan  Hal-hal yang Tidak Perlu. Maksudnya kita harus mulai menambah porsi belajar kita dengan mengurangi hal-hal yang tdak perlu seperti menontin TV, Game, bahkan Pacaran.

  • Orang Tua dan Kerabat. Jika kita ingin benar-benar lulus, dekatilah orang tua kita mintalah kepada mereka restu dan doa dalam menghadapi tes-tes yang akan kita hadapi, karena doa orang tua terhadap anak itu benar2 ajaib, canggih, dan super. Untuk kerabat, sudah saatnya kita mendekati “mereka” yang sudah rajin, karena jelek-jeleknya kita akan tertular kebiasaan positif mereka.

  • Sikap. Ya! yang dimaksud sikap di sini adalah sikap kita, apakah kita serius atau tidak? yang terpenting dari semua tips ini kita melakukan semuanya secara berkala dan konsisten. Dengan cara seperti ini, kita sudah melangkah membangun mental juara kita.

  • Doa dan Tuhan. Sekeras apapun usaha kita jika tuhan tidak menghendaki, kita tidak akan pernah bisa. Jadi mulai saat ini marilah kita pebanyak doa dan ibadah kepada Tuhan kita, memohon agar kita diberi kemudahan dan kelancaran. Memohon agar kita senantiasa diberi kesehatan.
  • Read More~

    Jumat, 16 Maret 2012

    Askep Typhoid Fever

    A. KONSEP DASAR
    1. Pengertian
    Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ). Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999)
    Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
    2. Etiologi
    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
    3. Patofisiologi
    Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
    Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
    Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
    4. Manifestasi Klinik
    Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
    a. Minggu I
    pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
    b. Minggu II
    pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
    5. Komplikasi
    a. Komplikasi intestinal
    1) Perdarahan usus
    2) Perporasi usus
    3) Ilius paralitik
    b. Komplikasi extra intestinal
    1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
    2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
    3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
    4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
    5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
    6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
    7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
    6. Penatalaksanaan
    a. Perawatan.
    1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
    2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
    b. Diet.
    1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
    2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
    3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
    4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
    c. Obat-obatan.
    1) Klorampenikol
    2) Tiampenikol
    3) Kotrimoxazol
    4) Amoxilin dan ampicillin
    7. Pencegahan
    Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
    8. Pemeriksaan penunjang
    Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
    a. Pemeriksaan leukosit
    Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
    b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
    SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
    c. Biakan darah
    Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
    1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
    Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
    2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
    Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
    3) Vaksinasi di masa lampau
    Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
    4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
    Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
    d. Uji Widal
    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
    1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
    2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
    3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
    Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
    a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
    1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
    2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
    3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
    4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
    5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
    6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
    7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
    8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
    b. Faktor-faktor Teknis
    1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
    2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
    3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
    9. Tumbuh kembang pada anak usia 6 – 12 tahun
    Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
    Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
    a. Motorik kasar
    1) Loncat tali
    2) Badminton
    3) Memukul
    4) motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan.
    b. Motorik halus
    1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
    2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
    c. Kognitif
    1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
    2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
    3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
    4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
    d. Bahasa
    1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
    2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
    3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
    4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
    10. Dampak hospitalisasi
    Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
    Penyebab anak stress meliputi ;
    a. Psikososial
    Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
    b. Fisiologis
    Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
    c. Lingkungan asing
    Kebiasaan sehari-hari berubah
    d. Pemberian obat kimia
    Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
    a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya
    b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
    c. Selalu ingin tahu alasan tindakan
    d. Berusaha independen dan produktif
    Reaksi orang tua
    a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
    b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit
    B. ASUHAN KEPERAWATAN
    1. Pengkajian
    Faktor Presipitasi dan Predisposisi
    Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.
    2. Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
    a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
    b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
    c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
    d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
    e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
    3. Perencanaan
    Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
    Diagnosa. 1
    Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
    Tujuan
    Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
    Kriteria hasil
    Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
    Intervensi
    Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
    Diagnosa. 2
    Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
    Tujuan
    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
    Kriteria hasil
    Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
    Intervensi
    Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
    Diagnosa 3
    Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
    Tujuan
    Hipertermi teratasi
    Kriteria hasil
    Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
    Intervensi
    Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
    Diagnosa 4
    Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
    Tujuan
    Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
    Kriteria hasil
    Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
    Intervensi
    Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
    Diagnosa 5
    Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
    Tujuan
    Infeksi tidak terjadi
    Kriteria hasil
    Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta febris.
    Intervensi
    Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
    Diagnosa 6
    Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
    Tujuan
    Pengetahuan keluarga meningkat
    Kriteria hasil
    Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
    Intervensinya
    Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
    4. Evaluasi
    Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya
    Read More~

    Kamis, 15 Maret 2012

    Tips Agar Tubuh Terlihat Ramping

    informasitips.com - Setiap wanita tentu ingin tampil cantik dan menarik. Salah satu aspek yang sering diperhatikan dalam berpenampilan adalah masalah bentuk tubuh. Bentuk tubuh yang bagus, ramping, langsing dan ideal, biasanya akan semakin menunjang penampilan, sehingga membuat wanita merasa lebih percaya diri. Namun, tidak semua wanita memiliki bentuk tubuh yang ramping, bukan? Bagaimana dengan wanita-wanita yang tidak langsing dan memiliki tubuh dengan ukuran yang agak besar? Apakah mereka tidak bisa tampil menarik dan percaya diri? Saya rasa tidak, karena banyak tips dan trik yang bisa dilakukan agar mereka bisa terlihat lebih ramping dan langsing.
    Jika Anda termasuk ke dalam kelompok wanita yang bertubuh besar, jangan khawatir. Anda hanya perlu memilih gaya busana beserta aksesoris dan riasan yang pas agar dapat terlihat lebih ramping. Dengan demikian, segala kelebihan tubuh Anda dapat lebih ditonjolkan, dan kekurangan yang ada bisa disamarkan. Berikut beberapa tips yang dapat Anda coba :
    1. Makeup
      Makeup merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam menunjang penampilan. Anda yang bertubuh besar biasanya juga memiliki bentuk wajah yang agak gemuk. Untuk itu, gunakan eyeshadow, eyeliner dan maskara yang lebih menonjolkan dan memperbesar area mata. Bagian mata yang lebih ditonjolkan tersebut akan membuat wajah Anda terlihat lebih kurus. Hindari menggunakan blush on pada bagian tulang pipi. Hindari juga menggunakan blush on dengan sapuan dari arah belakang tulang pipi ke arah alis.
      Anda juga dapat menggunakan bronzer untuk memberi warna pada kulit wajah. Bronzer atau bronzing powder adalah sejenis bedak berwarna tembaga dengan kilau keemasan. Selain bronzer, Anda juga bisa menggunakan tanning sehingga kulit terlihat berwarna kecoklatan. Bronzer atau tanning dapat Anda gunakan pada bagian pipi dan ini akan memberi kesan lebih panjang pada wajah Anda sehingga terlihat lebih kurus.
    2. Kaki
      Bentuk kaki yang agak pendek dan besar bisa mengganggu penampilan Anda. Terlebih jika Anda harus mengenakan pakaian yang memperlihatkan kaki Anda. Untuk menyamarkan kekurangan pada kaki Anda tersebut, Anda dapat menggunakan make up pada kaki. Kedengarannya mungkin memang agak aneh. Namun, Anda perlu tahu bahwa trik ini cukup ampuh untuk membantu Anda terlihat lebih ramping. Beri garis sepanjang kaki Anda tepatnya pada bagian tengah kaki (bagian tulang kering) dengan menggunakan minyak, sehingga akan terlihat lebih mengkilap. Efek glow ini akan membuat kaki Anda terlihat lebih panjang, sehingga Anda bisa terlihat lebih ramping.
      Wanita yang memiliki betis besar dapat mengakali penampilannya agar bisa tampil lebih percaya diri. Cara mengakalinya adalah dengan menghindari busana yang fokus di daerah sekitar betis. Misalnya, hindari memakai legging, skinny jeans, baloon skirt. Hindari pula ankle strap shoes. Gunakanlah pakaian yang lebih menonjolkan tubuh bagian atas. Pakailah atasan yang berdetail menarik, menggunakan aksesoris yang mencolok, obi untuk mempertegas garis pinggang. Yang terpenting, gunakan pula sepatu yang berhak tinggi agar tubuh dan kaki terkesan lebih panjang dan ramping.
    3. Rambut
      Bagian yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah masalah rambut. Rambut yang kusut, berantakan, dan susah diatur biasanya akan membuat wajah Anda terlihat lebar. Namun, Anda dapat menyiasatinya dengan memilih model rambut yang dapat membuat wajah terkesan lebih kecil dan lebih panjang. Anda juga dapat menggunakan gaya rambut yang disisir ke belakang. Pastikan Anda memilih potongan rambut yang pas dengan bentuk wajah Anda, yaitu model gaya rambut yang akan memberikan kesan lebih panjang dan lebih ramping pada wajah Anda.
    4. Warna pakaian/busana
      Hindari pakaian dengan warna yang terlalu terang. Busana yang terlalu terang dan cerah akan semakin memperlihatkan daerah-daerah yang ingin Anda samarkan. Warna baju hitam dan biru laut merupakan pilihan yang paling tepat untuk membuat tubuh terlihat lebih ramping. Warna gelap pada pakaian bawahan (rok atau celana) akan menambah kesan tinggi pada tubuh Anda. Jika Anda kurang menyukai warna-warna tersebut, Anda bisa memilih warna lain, namun pastikan Anda memilih warna dengan nada yang sama.
    5. Motif atau corak pakaian
      Pilih pakaian dengan motif atau corak bergaris vertical. Tips dan trik ini telah banyak dilakukan orang-orang agar tubuhnya yang gemuk terlihat lebih kurus. Perhatikan pula ukuran dan jarak antar garis vertical tersebut. Ukuran garis yang tebal (tidak tipis) dan jarak antar garis yang cukup lebar tidak cukup efektif untuk membuat Anda terlihat lebih ramping. Oleh karena itu, pilih motif garis vertical yang bergaris tipis dan berjarak agak rapat. Kenakan rok, celana (pants), blus, t-shirt dan bahkan gaun bergaris. Motif garis vertical ini juga akan membuat tubuh Anda terkesan lebih tinggi. Agar bisa terlihat lebih tinggi Anda juga dapat menggunakan celana yang panjang dan agak menutupi sampai ke bagian sepatu. Selain motif garis vertical, Anda juga bisa menggunakan motif garis-garis asimetris seperti tunik untuk memberi kesan panjang pada bagian atas tubuh.
    6. Ukuran pakaian
      Anda juga perlu mempertimbangkan ukuran pakaian yang Anda gunakan. Banyak orang memilih pakaian yang terlalu ketat atau terlalu longgar agar dapat terlihat ramping. Hal tersebut tentu tidak tepat, karena pakaian yang terlalu ketat justru akan semakin memperlihatkan kekurangan-kekurangan pada tubuh Anda, sementara pakaian yang terlalu longgar hanya akan semakin menutupi kelebihan dan kekuatan yang seharusnya bisa Anda tonjolkan. Ini tentu akan semakin menambah kesan besar pada tubuh Anda. Untuk itu, orang yang berbadan besar sebaiknya menggunakan pakaian yang berukuran cukup pas (tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar) dan sesuai dengan ukuran tubuh Anda.
    7. Rok
      Jika Anda menyukai rok, hindari rok yang terlalu pendek atau terlalu panjang. Rok yang terlalu pendek akan membuat kaki Anda terlihat lebih tebal (besar), sementara rok yang terlalu panjang hanya akan menambah volume tubuh dan terkesan gemuk.
    8. Blazer dan cardigan
      Blazer yang berwarna gelap merupakan pilihan yang cukup baik, karena akan menonjolkan bentuk tubuh seperti menonjolkan pinggang dan pinggul. Kardigan juga akan memberikan efek/kesan merampingkan tubuh. Anda dapat memilih model kardigan dengan model potongan yang lebih panjang.
    9. Postur
      Postur tubuh merupakan elemen yang sangat penting dari penampilan seseorang. Yang dimaksud postur di sini adalah sikap dan pembawaan tubuh. Postur tubuh yang kurang baik jelas tidak akan membantu Anda untuk terlihat lebih ramping. Selain itu, hal tersebut juga mencerminkan rasa tidak nyaman dan kurangnya kepercayaan diri. Oleh karena itu, berdirilah tegak jika Anda ingin terlihat lebih ramping dan gaya.
    10. Sepatu hak tinggi
      Sepatu dan sandal bertumit tinggi adalah pilihan wajib bagi setiap wanita yang ingin terlihat lebih ramping. Selain lebih ramping, pilihan ini tentu akan membuat tubuh Anda terlihat lebih tinggi. Jika Anda merasa agak kurang terbiasa dan tidak nyaman memakai sepatu bertumit tinggi, Anda bisa mencoba sepatu dan sandal yang tumitnya agak rendah.
    11. Aksesoris
      Bermainlah di aksesoris jika Anda ingin menonjolkan kelebihan-kelebihan pada tubuh Anda. Beberapa macam aksesoris yang dapat digunakan seperti perhiasan, syal, ikat pinggang, topi, dan lainnya. Gunakan aksesoris pada bagian tubuh yang ingin Anda tonjolkan dan sebaliknya jangan gunakan aksesoris pada area/bagian tubuh yang ingin disamarkan. Misalnya, bagi Anda yang memiliki pinggang yang besar sebaiknya tidak menggunakan terlalu banyak aksesoris pada bagian pinggang dan perut.
    Itulah beberapa tips dan trik yang bisa Anda lakukan untuk menyamarkan bentuk tubuh Anda agar terlihat lebih ramping dan langsing. Dari semua tips yang telah dipaparkan di atas, yang terpenting dan tetap harus dimiliki oleh semua wanita adalah rasa penerimaan diri sendiri sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah diberikan Tuhan. Dengan demikian wanita tersebut bisa tampil lebih percaya diri dan jauh lebih menarik dengan aura positif yang dipancarkan tersebut.
    Read More~